Sabtu, 11 April 2009

Hiv Hiv Hiv

Oleh: Zubairi Djoerban



MASALAH HIV

Masalah HIV di Indonesia sudah menjadi masalah besar. Bukti yang bisa kita lihat di depan mata adalah banyaknya pasien yang berobat setiap hari di berbagai rumah sakit di Jakarta, Bandung ataupun Surabaya dan daerah lain seluruh Indonesia. Di Jakarta sebagai contoh, di RS Cipto Mangunkusumo setiap hari ada 40 odha yang berobat jalan. Di RSK Dharmais 25 - 40 odha setiap hari yang berobat jalan, sedangkan penulis sendiri mengobati 10 - 15 odha berobat jalan setiap hari.




MASALAH HEPATITIS C

Di seluruh dunia ada sekitar 150 juta pasien hepatitis C kronik dengan prevalensi sekitar 3%, termasuk Indonesia. Jadi, di Indonesia paling sedikit ada 6 juta pasien hepatitis C kronik. Di Amerika sekitar 2% penduduk terinfeksi hepatitis C. Infeksi akut biasanya
tanpa gejala. Setelah paparan, sekitar 85% pasien infeksi hepatitis C akan menjadi infeksi kronik.

Infeksi kronik hepatitis C dapat berkembang menjadi sirosis hati dan kanker hati. Angka kematian kedua penyakit hati ini tinggi, di Amerika saja 8.000 -10.000 orang meninggal akibat kanker hati dan sirosis akibat hepatitis C. Penatalaksanaan masalah hepatitis C pada odha menjadi penting karena prevalensi hepatitis C yang tinggi sekali pada odha pengguna narkotika.

Untuk diketahui, pengguna narkotika suntik mempunyai risiko tinggi untuk tertular oleh virus HIV atau bibit-bibit penyakit lain yang dapat menular melalui darah. Penyebabnya adalah penggunaan jarum suntik secara bersama dan berulang yang lazim dilakukan oleh
sebagian besar pecandu.

Walaupun harga jarum suntik relatif murah, tetapi banyak pecandu yang enggan menggunakan uangnya untuk membeli jarum suntik baru,
lebih baik uangnya digunakan untuk membeli putauw. Selain HIV, sebagian besar (sekitar 80%) pengguna narkotika juga terinfeksi virus hepatitis C.

Infeksi pada katup jantung juga adalah penyakit yang dijumpai pada odha pengguna naza. Infeksi pada katup jantung tidak ditemukan pada odha yang tertular seksual. Infeksi secara bersamaan ini akan menimbulkan efek yang buruk. Infeksi bibit penyakit lain selain HIV akan menyebabkan virus HIV membelah dengan lebih cepat sehingga jumlahnya akan meningkat pesat. Akibatnya perjalanan penyakitnya biasanya lebih progresif.

Pengobatan hepatitis C mengalami kemajuan pesat, yaitu antara lain dengan menggunakan kombinasi pegylated inteferon alfa dan ribavirin.




MASALAH KOINFEKSI HIV-Hepatitis C


Koinfekasi Hepatitis C pada pasien HIV sering ditemukan, khususnya pada pengguna narkotika. Prevalensi hepatitis C pada pengguna narkotika sekitar 50-90%, di Indonesia, maupun di negara lain. Penelitian kohor 3.048 odha di Eropa (EuroSida)
menunjukkan 75% pengguna narkotika terinfeksi hepatitis C.

Sebagian besar odha yang berobat jalan di berbagai kota di Indonesia berasal dari pengguna narkotika. Ko infeksi ini menimbulkan berbagai masalah. Ko infeksi
meningkatkan penularan penularan hepatitis C melalui hubungan seksual dan juga penularan vertikal hepatitis C, dari ibu ke anak. Dan ko infeksi juga meningkatkan
penularan HIV secara vertikal dari 16% ke 26%. Rata-rata prevalensi hepatitis C pada odha pengguna narkotika 80%, sedangkan pada odha penularan seksual 8%.

Prevalensi sirosis hati akibat hepatitis S, 3 kali lebih sering ditemukan pada odha dibandingkan dengan prevalensi sirosis akibat hepatitis C pada orang yang tidak terinfeksi HIV (Poynard 2005). Pokok bahasan selanjutnya adalah pengobatan ARV pada odha yang juga terinfeksi hepatitis C.

Pengobatan ARV pada ko infeksi hepatitis C Sekarang ini tersedia ARV gratis di Indonesia. ARV yang tersedia gratis adalah duviral (zidovudine + lamivudine) dan neviral (nevirapine). Sedangkan efavirenz (Stocrin) tersedia gratis dalam jumlah yang
amat terbatas. Obat lain yang ada di Pokdisus AIDS FKUI RS Cipto Mangunkusumo adalah stavudine (stavir), didanosine (videx), nelfinavir (nelvex, nelvir).

Jadi, ada beberapa pilihan kombinasi pengobatan yang dapat diterima odha di Indonesia, yaitu:
1. Duviral dan Neviral
2. Stavir, Hiviral/Lamivudine dan Neviral
3. Stavir, Hiviral/Lamivudine dan Neviral
4. Duviral dan Stocrin/Efavir
5. Duviral dan Nelfinavir
6. Zidovudine/Retrovir, Lamivudine dan Nelfinavir
7. Stavir, Lamivudine dan Nelfinavir
8. Stavir, Hiviral dan Stocrin
9. Stavir, Hiviral dan Nelfinavir
10. Videx, Hiviral, Stocrin
11. Videx, Hiviral dan Neviral

Didanosine atau Stavudin tidak boleh diminum untuk odha yang sedang mendapat pengobatan interferon dan ribavirin, karena beratnya efek samping terhadap
gangguan faal hati. Jadi pilihan pengobatan untuk odha yang ingin mendapat pengobatan pegylated intereferon-ribavirin tinggal 3mpat (ad. 1, 4,5,6).
Zidovudine, termasuk Duviral dan Retrovir harus ketat dipantau bila digunakan bersama ribavirin (untuk pengobatan hepatitis C), karena masing-masing memudahkan timbulnya anemia. Anemia bisa diantisipasi dengan pemberian eritropoetin atau transfusi darah.

Neviral dapat mengganggu faal hati. Jadi, kadar hemoglobin dan leukosit serta tes faal hati (SGOT, SGPT, bilirubin dll) harus dipantau ketat.
Inteferon dapat menekan CD4 dan lekosit, jadi untuk odha dengan CD4 rendah, sebaiknya memusatkan prioritas untuk pengobatan HIV/AIDS. Bila perlu sekali, pilihan
lain adalah menggunakan "growth factor" (Neupogen, Granocyte, Leukogen)yang harganya lumayan mahal.

Menurut tim ahli Amerika (DHHS April 2005), Nevirapine walaupun dapat menimbulkan gangguan faal hati, boleh digunakan pada odha dengan koinfeksi hepatitis C, dengan pemantauan yang seksama. Untuk odha dengan CD4 lebih dari 200, pengobatan sebaiknya dimulai dengan pegylated interferon-ribavirin. Sedangkan untuk odha dengan CD4 kurang dari 200, pengobatan dimulai dengan ARV, setelah CD4 naik, baru dipertimbangkan pegylated interferon-ribavirin.
Konsensus Paris 2005 menganjurkan pemberian pegylated interferon-ribavirin selama 48 minggu.

Dapat disimpulkan bahwa odha menghadapi berbagai masalah, baik masalah kesehatan, masalah psikologis maupun masalah sosial. Odha, khususnya odha pengguna narkotika sering mengalami masalah beberapa masalah kesehatan sekaligus, tbc, toksoplasma, sifilis, pneumonia, jamur dan koinfeksi hepatitis C. Koinfeksi dengan hepatitis C memerlukan penatalaksanaan yang lebih khusus dan komprehensif. Jenis kombinasi ARV juga perlu dipantau lebih ketat terhadap gangguan faal hati, anemia, leukopenia dan penurunan CD4.



BAHAN BACAAN


David Bernstein Hepatitis C - Current State of the Art and Future Directions 55th Annual Meeting of the American Association for the Study of Liver Diseases Viral Liver Disease CME October 29, 2004 - November 2, 2004, Boston, Massachusetts
Khalili M: Coinfection with Hepatitis Viruses and HIV HIV InSite Knowledge Base Chapter December 2004

Panel on Clinical Practices for Treatment of HIV Infection convened by the Department of Health and Human Services (DHHS): Guidelines for the Use of Antiretroviral Agents in HIV-1-Infected Adults and Adolescents. April 2005
Thierry Poinard: Management of patients co infected by HCV and HIV. In New challenges in hepatitis C management. Shangri-La. Jakarta 24 July 2005-07-31
Valencia E: Advances in the Management of Hepatitis Infections. Highlights of the 15th European Congress on Clinical Microbiology and Infectious Diseases April 2 - 5, 2005, Copenhagen, Denmark

Wedemeyer H, Manns MP: Management of Hepatitis C - Addressing the Issues Beyond the Guidelines. 40th Annual Meeting of the European Association for the
Study of the Liver Viral Hepatitis April 13 - 17, 2005, Paris, France
*************************************************************************************
Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) dalam bidang HIV/AIDS - yakni menghentikan dan menekan balik penyebaran epidemi pada tahun 2015 - memerlukan akses terhadap pelayanan pencegahan HIV dan pengobatan, perawatan, dan dukungan AIDS yang jauh lebih luas dibandingkan dengan yang saat ini tersedia.

Sebuah resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa -Bangsa yang diadopsi pada tanggal 23 Desember 2005 telah meminta UNAIDS dan para ko-sponsor untuk membantu "memfasilitasi proses inklusif yang diprakarsai negara, termasuk berbagai konsultasi dengan pemangku kepentingan yang relevan, termasuk lembaga swadaya masyarakat (LSM), masyarakat sipil, dan sektor swasta, yang termasuk dalam strategi-strategi nasional AIDS yang ada, untuk meningkatkan skala pencegahan, pengobatan, perawatan dan dukungan HIV dengan tujuan untuk sedekat mungkin mendekati tujuan akses universal terhadap pengobatan pada tahun 2010 bagi semua yang membutuhkannya".

Partisipasi yang luas dan fokus negara menyebabkan upaya-upaya ini menjadi istimewa. Elemen-elemen penting lain dari peningkatan skala proses akses universal adalah bahwa:
• Partisipasi itu terjadi di dalam dan memanfaatkan proses-proses yang ada pada semua tingkatan.
• Negara mengarahkan proses, dan didukung oleh donor dan lembaga-lembaga internasional dan bilateral, sesuai dengan prinsip-prinsip "Three Ones" dan rekomendasi dari Tim Tugas Global (Global Task Team).
• Upaya-upaya itu mencakup peningkatan skala penanggulangan AIDS yang terpadu dan menyeluruh, termasuk dalam pencegahan, pengobatan, perawatan, dan dukungan.
• Titik berat pada mencari solusi praktis atas kendala-kendala utama dari peningkatan skala, berdasarkan keputusan-keputusan yang sudah dibuat.
• Partisipasi dari berbagai pemangku kepentingan secara luas - khususnya masyarakat sipil dan orang yang hidup dengan HIV (ODHA) - sangat penting bagi pelaksanaan dan suksesnya upaya tersebut.
• Upaya-upaya tersebut mendorong negara-negara anggota untuk menetapkan jalannya sendiri ? termasuk target jangka menengah dan tonggak-tonggak pencapaian ? bagi mereka sendiri dalam upaya mencapai akses universal dan untuk Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) di bidang HIV/AIDS.
Resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengandalkan sejumlah komitmen internasional:
• Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goal) 6, untuk menekan balik penyebaran epidemi sebelum atau pada tahun 2015.
• Deklarasi Komitmen Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2001 untuk mempeluas respons AIDS global.
• Hasil World Summit 2005 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.
• Komitmen yang dibuat oleh para pemimpin Negara-negara G8 dalam pertemuan puncak di Gleneagles.
• Pernyataan Uni Eropa mengenai perlunya meningkatkan skala pencegahan HIV.



Apakah tes HIV?

Tes HIV merupakan pengujian untuk mengetahui apakah HIV ada dalam tubuh seseorang. Tes HIV yang umumnya digunakan adalah yang mendeteksi antibodi yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh dalam merespons HIV, karena antibodi itu lebih mudah (dan lebih murah) dideteksi dibanding pendeteksian virus itu sendiri. Antibodi diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh dalam merespons suatu infeksi.

Bagi sebagian besar orang, antibodi tersebut memerlukan waktu tiga bulan untuk berkembang. Dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, antibodi ini perlu sampai enam bulan untuk berkembang.
Setelah kemungkinan pajanan, berapa lamakah saya harus menunggu sebelum menjalani tes HIV?

Hendaknya anda menunggu tiga bulan setelah pajanan sebelum dites HIV. Walaupun tes antibodi HIV sangat sensitif, ada "periode jendela" selama tiga sampai 12 minggu, yang merupakan periode antara terinfeksi HIV dengan kemunculan antibodi yang dapat dideteksi. Dalam hal tes anti HIV paling sensitif yang saat ini direkomendasikan, ?periode jendela?-nya adalah sekitar tiga minggu. Periode ini bisa saja lebih lama bila tes yang kurang sensitif yang digunakan.

Selama "periode jendela", orang yang terinfeksi HIV tidak memiliki antibodi yang dapat dideteksi oleh tes HIV dalam darahnya. Kendatipun demikian, seseorang mungkin sudah memiliki HIV dalam kadar tinggi dalam cairan tubuhnya seperti darah, cairan semen, cairan vagina, dan ASI. HIV dapat ditularkan ke orang lain selama "periode jendela" ini, walau tes HIV mungkin saja tidak menunjukkan bahwa anda tidak terinfeksi HIV.




Mengapa saya harus menjalani tes HIV?


Ada dua keuntungan penting bila anda mengetahui status HIV. Pertama, bila anda terinfeksi HIV, anda dapat mengambil langkah-langkah yang dipandang perlu sebelum gejala muncul, yang secara potensial dapat memperpanjang hidup anda selama beberapa tahun. Kedua, bila anda tahu bahwa anda terinfeksi, anda dapat mengambil segala kewaspadaan yang dipandang perlu untuk mencegah penyebaran HIV kepada orang lain.
Di mana saya dapat menjalani tes/ pemeriksaan?

Banyak tempat di mana anda dapat dites HIV: di kantor praktek dokter swasta, departemen kesehatan setempat, rumah sakit, klinik keluarga berencana, dan tempat-tempat yang secara khusus dibangun untuk pengetesan HIV. Cobalah untuk mencari tahu tentang tes di tempat dimana konseling HIV/AIDS diberikan.

Apakah hasil tes saya bersifat rahasia?
Semua orang yang melakukan tes HIV harus memberikan izin sebelum dites. Hasil tes harus mutlak dijaga kerahasiaannya.

Ada berbagai jenis tes yang tersedia:
• Tes HIV rahasia
Para ahli kesehatan yang menangani tes HIV menyimpan hasil tes dalam data medis secara rahasia. Hasil tidak dapat dibagi dengan orang lain tanpa izin tertulis dari orang yang dites.
• Tes HIV Anonim
nama orang yang dites tidak digunakan dalam kaitannya dengan tes tersebut. Sebagai gantinya, sebuah nomor kode diterakan dalam tes, yang memungkinkan individu yang dites menerima hasil tes. Tidak ada dokumen tersimpan yang dapat mengaitkan orang dengan tesnya.

Kerahasiaan bersama (shared confidentiality) dianjurkan, dalam artian kerahasiaan tersebut juga dipegang oleh orang lain yang mungkin meliputi anggota keluarga, orang yang dicintai, para pengasuh, dan teman-teman yang layak dipercaya. Namun perlu hati-hati dalam membuka hasil tes HIV karena dapat menimbulkan diskriminasi dalam perawatan kesehatan, serta lingkungan profesi dan sosial. Oleh karena itu keputusan atas kerahasiaan bersama harus sepenuhnya atas kehendak orang yang akan dites. Walaupun hasil tes HIV sebaiknya tetap dijaga kerahasiaannya, para ahli seperti konselor, pekerja sosial, dan pekerja kesehatan perlu juga untuk mengetahui status HIV-positif seseorang dalam upaya memberikan perawatan yang sesuai.



Apa yang harus saya lakukan ketika saya terjangkit HIV?

Berkat perkembangan pengobatan baru, kini terdapat lebih banyak orang yang hidup dengan HIV (ODHA) dapat menjalani hidup yang lebih sehat dan lebih lama. Sangatlah penting bagi anda untuk memiliki dokter yang tahu bagaimana cara perawatan HIV. Konselor atau perawat terlatih dapat memberikan konseling dan merekomendasikan dokter yang tepat.

Selain itu, anda dapat melakukan hal-hal berikut agar tetap sehat:
• Ikuti petunjuk dokter anda. Atur dan tepai janji dengan dokter. Bila dokter anda memberi resep, minumlah sesuai dengan yang tertera dalam resepnya.
• Lakukan imunisasi (suntikan) untuk mencegah infeksi seperti pneumonia dan flu (setelah berkonsultasi dengan dokter anda).
• Bila anda merokok atau anda menggunakan obat-obatan yang tidak diresepkan oleh dokter anda, segera hentikan.
• Makan makanan yang sehat.
• Berolahragalah secara teratur agar tetap sehat dan kuat.
• Tidur dan beristirahatlah dengan cukup.

Apa artinya bila tes HIV saya hasilnya negatif?
Hasil tes yang negatif berarti bahwa di dalam darah anda, tidak terdapat antibodi HIV saat Anda melakukan tes. Bila anda negatif, pastikan bahwa anda tetap seperti itu: pelajari berbagai fakta mengenai penularan HIV dan hindarkan diri agar tidak terjerumus dalam perilaku yang tidak aman.

Kendatipun demikian, masih terdapat kemungkinan terinfeksi, karena sistem kekebalan tubuh memerlukan waktu sampai tiga bulan untuk memproduksi antibodi dalam jumlah yang cukup untuk mengindikasikan infeksi dalam tes darah anda. Sangat disarankan untuk melakukan tes ulang beberapa waktu setelah tes pertama itu, dan seraya menunggunya, anda bersifat waspada. Selama "periode jendela" sangat besar kemungkinan seseorang untuk menularkan, dan karenanya, anda hendaknya melakukan berbagai upaya untuk mencegah kemungkinan terjadinya penularan.


******************************************************************************
Perawatan

Adakah obat untuk HIV?

Tidak. Tidak ada obat yang dapat sepenuhnya menyembuhkan HIV/AIDS. Perkembangan penyakit dapat diperlambat namun tidak dapat dihentikan sepenuhnya. Kombinasi yang tepat antara berbagai obat-obatan antiretroviral dapat memperlambat kerusakan yang diakibatkan oleh HIV pada sistem kekebalan tubuh dan menunda awal terjadinya AIDS.


Jenis pengobatan dan perawatan apakah yang tersedia?

Pengobatan dan perawatan yang ada terdiri dari sejumlah unsur yang berbeda, yang meliputi konseling dan tes mandiri (VCT), dukungan bagi pencegahan penularan HIV, konseling tindak lanjut, saran-saran mengenai makanan dan gizi, pengobatan IMS, pengelolaan efek nutrisi, pencegahan dan perawatan infeksi oportunistik (IOS), dan pemberian obat-obatan antiretroviral.


Apakah obat anti retroviral itu?

Obat antiretroviral digunakan dalam pengobatan infeksi HIV. Obat-obatan ini bekerja melawan infeksi itu sendiri dengan cara memperlambat reproduksi HIV dalam tubuh.


Bagaimana cara kerja obat antiretroviral?

Dalam suatu sel yang terinfeksi, HIV mereplikasi diri, yang kemudian dapat menginfeksi sel-sel lain dalam tubuh yang masih sehat. Semakin banyak sel yang diinfeksi HIV, semakin besar dampak yang ditimbulkannya terhadap kekebalan tubuh (immunodeficiency). Obat-obatan antiretroviral memperlambat replikasi sel-sel, yang berarti memperlambat penyebaran virus dalam tubuh, dengan mengganggu proses replikasi dengan berbagai cara.

• Penghambat Nucleoside Reverse Transcriptase (NRTI)
HIV memerlukan enzim yang disebut reverse transcriptase untuk mereplikasi diri. Jenis obat-obatan ini memperlambat kerja reverse transcriptase dengan cara mencegah proses pengembangbiakkan materi genetik virus tersebut.
• Penghambat Non-Nucleoside Reverse Transcriptase (NNRTI)
Jenis obat-obatan ini juga mengacaukan replikasi HIV dengan mengikat enzim reverse transcriptase itu sendiri. Hal ini mencegah agar enzim ini tidak bekerja dan menghentikan produksi partikel virus baru dalam sel-sel yang terinfeksi.
• Penghambat Protease (PI)
Protease merupakan enzim pencernaan yang diperlukan dalam replikasi HIV untuk membentuk partikel-partikel virus baru. Protease memecah belah protein dan enzim dalam sel-sel yang terinfeksi, yang kemudian dapat menginfeksi sel yang lain. Penghambat protease mencegah pemecah-belahan protein dan karenanya memperlambat produksi partikel virus baru.

Obat-obatan lain yang dapat menghambat siklus virus pada tahapan yang lain (seperti masuknya virus dan fusi dengan sel yang belum terinfeksi) saat ini sedang diujikan dalam percobaan-percobaan klinis.


Apakah obat antiretroviral efektif?

Penggunaan ARV dalam kombinasi tiga atau lebih obat-obatan menunjukkan dapat menurunkan jumlah kematian dan penyakit yang terkait dengan AIDS secara dramatis. Walau bukan solusi penyembuhan, kombinasi terapi ARV dapat memperpanjang hidup orang penyandang HIV-positif, membuat mereka lebih sehat, dan hidup lebih produktif dengan mengurangi varaemia (jumlah HIV dalam darah) dan meningkatkan jumlah sel-sel CD4+ (sel-sel darah putih yang penting bagi sistem kekebalan tubuh).

Supaya pengobatan antiretroviral dapat efektif untuk waktu yang lama, jenis obat-obatan antiretroviral yang berbeda perlu dikombinasikan. Inilah yang disebut sebagai terapi kombinasi. Istilah 'Highly Active Anti-Retroviral Therapy' (HAART) digunakan untuk menyebut kombinasi dari tiga atau lebih obat anti HIV.

Bila hanya satu obat digunakan sendirian, diketahui bahwa dalam beberapa waktu, perubahan dalam virus menjadikannya mampu mengembangkan resistensi terhadap obat tersebut. Obat tersebut akhirnya menjadi tidak efektif lagi dan virus mulai bereproduksi kembali dalam jumlah yang sama seperti sebelum dilakukan pengobatan. Bila dua atau lebih obat-obatan digunakan bersamaan, tingkat perkembangan resistensi dapat dikurangi secara substansial. Biasanya, kombinasi tersebut terdiri atas dua obat yang bekerja menghambat reverse transcriptase enzyme dan satu obat penghambat protease. Obat-obatan anti retroviral hendaknya hanya diminum di bawah pengawasan medis.


Mengapa ARV tidak siap tersedia?

Di negara-negara berkembang, hanya sekitar 5% dari mereka yang membutuhkan dapat memperoleh pengobatan antiretroviral, sementara di negera-negara berpendapatan tinggi akses tersebut hampir universal. Masalahnya adalah harga obat-obatan yang tinggi, infrastruktur perawatan kesehatan yang tidak memadai, dan kurangnya sumber pembiayaan, menghalangi penggunaan perawatan kombinasi ARV secara meluas di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Sebanyak 12 obat-obatan ARV telah diikutsertakan dalam Daftar Obat-obatan Esensial WHO (WHO Essential Medicines List). Diikutsertakannya ARV dalam Daftar Obat-obatan Esensial WHO akan mendorong pemerintah di negara-negara dengan epidemi tinggi untuk lebih memperluas pendistribusian obat-obatan esensial tersebut kepada mereka yang memerlukannya. Sementara itu, meningkatnya komitmen ekonomi dan politik di tahun-tahun terakhir ini, yang distimulir oleh orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA), masyarakat sipil dan mitra lainnya, telah membuka ruang bagi perluasan akses terhadap terapi HIV secara luar biasa.


Perawatan jenis apakah yang tersedia ketika akses ARV tidak tersedia?

Unsur-unsur perawatan lain dapat membantu mempertahankan kualitas hidup tinggi saat ARV tidak tersedia. Unsur-unsur ini meliputi nutrisi yang memadai, konseling, pencegahan dan pengobatan infeksi oportunistik, dan menjaga kesehatan pada umumnya.


Apakah PEP itu?

Perawatan Pencegahan Pasca Pajanan terdiri dari pengobatan, tes laboratorium dan konseling. Pengobatan PEP harus dimulai dalam hitungan jam dari saat kemungkinan pajanan HIV dan harus berlanjut selama sekitar empat minggu. Pengobatan PEP belum terbukti dapat mencegah penularan HIV. Kendatipun demikian, kajian-kajian penelitian menunjukkan bahwa bila pengobatan dapat dilaksanakan lebih cepat setelah kemungkinan pajanan HIV (idealnya dalam waktu dua jam dan tak lebih dari 72 jam setelah pajanan), pengobatan tersebut mungkin bermanfaat dalam mencegah infeksi HIV.





Semoga adanya pengetahuan ini anda semua yang membaca bisa mengerti akan HIV/Hepatitis C. ^^


Pliease!
Love Your Selff

Selasa, 31 Maret 2009

Anak Muda

Dewasa ini dunia semakin edan, saya sebagai anak muda mengakui ke”edan”an pergaulan jaman sekarang. Mungkin anak seperti saya yang tinggal di kota kecil seperti Kota Cirebon kalau malam minggu paling hanya kumpul bersama dengan teman-teman di FOOD COURT atau jalan-alan di MALL dan pasti pulang membawa buku yang baru dibeli. Tetapi, ketika saya melihat lebih dalam lagi akan pergaulan jaman sekarang, uhh… rokok dimana-mana. Mungkin melihat orang merokok itu sangat terbiasa, tapi kalau yang merokoknya anak di bawah umur bagaimana???? Saking saya penasaran akan semuanya, saya langsung terjun sendiri ke dunia tersebut. Saya mau tahu apa yang mereka lakukan dan apa yang mereka kerjakan. Pertamanya saya berkenalan dengan teman perempuan saya yang berbeda sekolah, malam minggu saya sering di ajak kumpul dengan teman-temannya, pertama yang saya lihat hanya rokok dimana-mana tetapi mereka bukan hanya anak-anak di atas 16 tahun tapi masih ada yang berumur 13 tahun. Dan teman-teman perempuan yang seumuran saya juga ikut merokok. Sungguh dahsyat bukan? 13 tahun sudah merokok? Mau jadi apa dia? Mau jadi apa generasi muda kita? Tiap hari mereka hanya di jejali oleh film-film yang sangat tidak bermutu. Sinetron Indonesia yang hanya isinya percintaan, Film layar lebar Indonesia sekarang sudah lautan “SETAN” kuntilanak, gundoruwo dan yang pasti ada penyedapnya yaitu adegan yang seharusnya di “sensor”. Yang saya lihat, setiap di loket bioskop pasti ada tulisan untuk dewasa, tapi anak di bawah umur masih boleh masuk. Apakah hanya target penjualan saja yang dipikirkan? Kenapa masa depan anak tidak di perhatikan? Memang tidak bisa di salahkan, tapi hanya kesadaran pribadi kita saja yang bisa mengubah kita menjadi lebih baik. Dari situ juga bisa mempengaruhi pergaulan bukan??? Baru saja 2 hari yang lalu saya bertemu dengan seorang anak kecil yang sedang meminjam korek api di warung. Dia menyulut rokok, astaga! Saya bertanya padanya, “De, kamu kelas berapa?”,“Kenapa tanya-tanya? Saya kelas 6”, dia langsung meninggalkan saya begitu saja. Astaga! Mau jadi apa dia nanti besar? Akhirnya saya cari tau tentang dia. Ternyata rumahnya tidak terlalu jauh dari rumah saya. Tiap hari kerjaannya merokok, mau jadi anak seperti apa dia?? Apakah orang tuanya tahu? Dan membiarkan nya begitu saja? Inilah yang saya lihat di lingkungan anak muda jaman sekarang. Plis Plis, ubahlah mulai dari sekarang.

Teman-teman, orang tua, itu sangat berperan penting bagi dunia anak muda. Maka dari itu marilah kita bekerja sama, saling merangkul dan saling memberikan semangat positif. Bayangkan jika yang menjadi tokoh dalam cerita itu adalah anak, saudara, sahabat anda?? Apa yang harus kita lakukan??

Jumat, 30 Januari 2009

Cinta membunuhku

Cinta Cinta Cinta...



sangat bosan kalau harus bicara tentang cinta...
tapi kali ini saya hanya ingin cerita sedikit,
ya mungkin bisa saja jadi pelajaran untuk semuanya,,..^^


saya pernah jatuh cinta kepada seorang cowo yang bagiku dia sempurna,
tapi pada akhirnya kita malah menjadi sahabat sampai detik ini.
ya masih untung dari pada jadi musuh,,

Perasaan suka dan sayang saat itu sangat nyata sih di depan temen-temen yang lain.
tapi sayang dan suka itu hilang begitu saja di telan sebuah GENGSI.


dia sempet ungkapin perasaannya waktu ada acara di sekolah,
ya, saya juga sempet yang ungkapin perasaan saya walaupun di hantarkan dengan candaan.^^

tapi, dia tau bagaimana perasaan saya dan saya juga tau bagaimana perasaan dia.

saya tau dia bagiamana,
apa yang dia mau,
ya pokoknya mau meMAKSIMALkan semua-semuanya deh,^^
tapi,, semuanya hilang begitu saja,
kita berdua gengsi untuk bilang "MAU NGGA LO JADI PELENGKAP HIDUP GUE?" ngerti kan maksudnya,,he^^
sampe-sampe akhirnya dia pacaran sama orang lain,
dan sempat membuatku terobsesi untuk jadi tuh cewek dan memang agak ngga terima sama keadaan. Tapi harus bagaimana lagii,..
GENGSI...GENGSI...GENGSI...


tapi saya belajar dari semuanya sekarang,
saya ngga mau kehilangan seseorang yang saya sangat CINTAI lagi...
mungkin saya kehilangan dia,
tapi dia pernah berjanji ngga kan pernah berubah sikap.
dan saya percaya..
dan saya sekarang berani bilang kalau "I MISS YOU"..hahahaaaaa^^


waaaa...


bisa penuh nih blog kalo di eritain semuanya..
hehee^^...

saya cuma anak kecil yang masih belajar dan butuh banyak pengalaman.
maka dari itu,...


sering sering lah mampir ke blog ini dan BERI KOMEND...^^

selamat membaca...

Kata Pengantar

Hmm,,
ini adalah pertama kali saya menulis di blog saya sendiri.
Saya menciptakan blog bukan sekedar ingin menceritakan hal pribadi saja.
Mungkin teman-teman juga bisa share di sini.


Pertama kali saya ngga punya pikiran mau membuat blog.
Tapi, dikarenakan saya juga senang menulis dan teman-teman saya juga punya blog masing-masing jadi kenapa tidak.


Dan saya sangat senang sekali kalo teman-teman bisa meninggalkan comment disini,
thanks...